RINTIHAN SEPEDA TUA

Jika aku bisa menangis, aku akan menjerit sejadi-jadinya. Namun, aku hanya sebuah benda berkarat yang teronggok di sudut ruangan gelap dgn ditutupi terpal berdebu ... Aku ingin keluar dari tempat menjijikan ini.
Pemilikku bernama Panji, dahulu ia sering mengajakku keluar rumah, menyusuri taman, keramaian kota dan pernah suatu kali aku d ajaknya ke tepi pantai. Namun sayang, aku kini d telantarkannya, apalagi setelah ia mempunyai motor sport yg gagah. Ditambah pergaulanya yg ekstrim. Ia lebih senang balap motor, kebut-kebutan dan memutari kota bersama teman-temannya tanpa tujuan yang jelas. Maka makin terpuruklah aku ...


Waktu terus berjalan, terpal yg menyelimutiku seakan tak sanggup lagi bertahan. Debu semakin menumpuk, pengap, dan lembab. Seingatku, waktu pertama aku di beli Panji, aku berwarna merah terang, di lengkapi dengan jok yg empuk dan batangan stang yang kokoh. Namun tengoklah aku kini, itupun jika ada yang mau menengok walau hanya sekedar melirik, aku akan senang. Tapi kini aku bagai seonggok besi yg tak berguna, terpuruk, menunggu kehancuran. Bagian tubuhku di gerogoti karat. Debu menempel menembus terpal, jok dan ban ku pun sudah lapuk, jari-jarinya banyak yg patah. Oh, sungguh malang nasib diriku. Warnaku sudah tak jelas, merah kusam dengan bercak-bercak karat yg makin hari smakin banyak. Sedikit demi sedikit, aku smakin terkikis dimakan waktu, dan juga d makan oleh ketidak pedulian Panji terhadapku.


Waktu terus berjalan tnpa memperdulikanku. Aku semakin lapuk dan rusak. Tubuhku satu persatu runtuh. Baut, mur, dan partikel-partikel yang menempel di tubuhku tak sanggup lagi bertahan. Begitu pula aku ... ,
Aku semakin lemah menopang diri. Jangankan untuk berdiri, standar yang menahan ku berdiri sudah mulai layu dan rapuh . Kumohon, siapa saja, tolonglah !!

"Gerittth....",

Tiba-tiba, seseorang membuka pintu gudang tua dengan perlahan. Aku mengintip dari balik terpal. Sinar matahari yg sudah lama sekali tidak ku lihat terasa hangat sekali ..,
Aku tidak mengenali siapa orang yang masuk. Namun gerak-geriknya mirip Panji, dan wajahnya juga. Oh iya aku ingat manusia kan tumbuh, tidak sepertiku yang tetap. Mungkin orang itu benar Panji. "hehehe!" hatiku bersorak, aku menanam harap agar Panji mengeluarkanku dari tempat yg menyengsarakan selama ini.,

Namun Panji tidak beranjak ke arahku, Ia hanya mencari sebuah benda tapi bukan aku. Aku lesu. Hatiku yang tadi berbunga, kembali layu. Aku terlalu berharap. Memangnya aku ini siapa?..

“Gubbrakss !!”

Kurasa Panji sudah menemukan benda yang di carinya, sehingga Ia keluar dan menutup pintu gudang dengan kasar.

“ ceekkliik…, klick..”

Pintu gudang kembali di kunci …..


Tinggallah aku meratapi usia yang sudah senja ini. Aku pasrah termakan waktu…. Mungkin Panji butuh waktu lama untuk masuk lagi ke gudang ini. Dan itu berarti, peluang diriku untuk bebas sangat sangat tipis bahkan bisa di katakana aku tak punya kesempatan lagi….

Karena jika Panji kembali ke gudang ini, mungkin aku hanya tinggal seonggok besi tua berkarat, di liputi debu dengan bahaya tetanus …… Mungkin aku akan di makamkan di TPA ( Tempat pembuangan Akhir) di mana banyak teman-teman yang senasib denganku. Ataukah aku akan di daur ulang? Oh, ku rasa tak mungkin. Mungkin hanya waktu yang bisamengatur semua ini…

Aku pasrah, jika kelak aku di buang tak berguna. Karena sudah kodratku yang sedemikian rupa dan tidak bisa di ubah….

Komentar

kamuflase mengatakan…
ih woow... bagus nya.... you is my inspiration ...

Postingan populer dari blog ini

Sejak saat itu ...

[Kisah Pilu] Kesedihan Seekor Induk Kucing Pasca Banjir di UNJ